Rabu, 28 November 2012

“ KETIKA HIDAYAH MENYAPAKU “ ( Kisah Seorang Muallaf Hindu )

“ KETIKA HIDAYAH MENYAPAKU “ Ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga saat ini tidak bisa kulupakan. Semoga kisahku ini dapat menjadi pelajaran berarti bagi yang membacanya. Seingatku pada saat itu aku masih belia berumur 7 tahun, Aku terlahir dari keluarga Hindu, yang mana mau tidak mau akupun beragama Hindu, di usiaku yg masih anak-anak aku belum paham apa itu agama dan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya. Sebut saja Kadek namaku...! Aku tinggal di salah satu perkampungan Hindu yang yang berada (sebut saja Kota S namanya), tepatnya di rumah Pamanku. Aku tinggal di rumah pamanku sejak kecil karena kehidupan ekonomi ayah dan ibuku yang tidak memungkinkan. Dalam kasta Hindu aku tergolong kasta yang sangat rendah, Karena kehidupan keluargaku sebagai seorang petani. Sang Hyang Widi adalah tuhanku yang harus kusembah, berbagai macam dewapun sering kudengar dan juga diharuskan untuk disembah. Ada banyak dewa yang aku yakini pada saat itu, masing-masing dewa punya tugas masing-masing dalm kekuasaannya. Sesaji-sesajipun senantiasa harus kusiapkan bersama Paman dan bibiku untuk persembahan kepada Dewa-dewa tersebut. Sejak kecil yaitu ketika duduk di bangku SD, seringkali aku melihat teman-temanku yang beragama Islam datang ke mushalla untuk melakukan aktivitas ibadah mereka, dari mengaji, sembahyang, dan lain-lain. Terbetik dalam hatiku seraya bertanya dalam hati apa yang mereka lakukan di sana, duduk bersila sambil mengucapkan kata-kata yang aku tidak mengetahuinya, seperti istilah-istilah Arab nampaknya. Dan juga kadang aku juga aneh melihat mereka melakukan gerakan-gerakan yang berulang-ulang degan serenta. Seringkali aku datang ke tempat dimana teman-temanku yang beragama Islam mengaji, tentunya tanpa sepengetahuan Paman dan bibiku. Hingga pada suatu ketika di saat aku bermain-main sambil melihat teman-temanku yang beragama Islam sedang mengaji dan belajar sembahyang, pamanku datang untuk menjemputku ke tempat tersebut. Sesampainya di rumah tanpa berfikir panjang aku dicaci, dimaki, dihardik, bahkan dipukul karena aku bergaul dengan teman yang beragama Islam . Gejolak hati silih berganti disaat aku ingat tentang aktivitas teman-temanku yang beragama Islam. Beratnya hati ini beragama Hindu sudah sering kurasakan sejak aku duduk di bangku SD, terutama di saat aku duduk di kelas 4, 5 dan 6 SD, ketika keluargaku mengajakku untuk sembahyang di tempat ibadahku, rasanya aku malas dengan beralasan sakitlah atau banyak tugas dari sekolah atau yang lainnya. Yang penting dengan berbagai cara bagaimana aku tidak ikut untuk sembahyang ke tempat ibadah yang selama ini kuyakini. Seiring waktu berganti, disaat aku duduk di kelas 6, maka akupun pulang ke kampung halamanku, dimana kedua orangtuaku tinggal, yaitu di salah satu daerah yang agak jauh dari Kota S tersebut. Secara otomatis akupun pindah sekolah. Tidak sedikit teman-teman baruku disana yang beragama Islam, terbesit dalam hati, ingin rasanya belajar tentang Islam kepada teman-temanku di sekolah, tapi aku tidak berani dan tidak memungkinkan karena yang mana notabene keluargaku adalah beragama Hindu. Dan jika diketahui oleh Ayah dan Ibuku pasti aku akan dimarah dan dipukul nantinya. Genap sudah 5 bulan aku menetap di rumah kedua orang tuaku, Entah kenapa suatu ketika aku memberanikan diri untuk meninggalkan rumah ke kota lain tanpa sepengetahuan orangtuaku, dengan tujuan aku ingin belajar Islam di tempat lain. Padahal usiaku pada saat itu masih belia, ya… mungkin karena perasaan kebenaran Islam itu adalah fitrah yang tidak bisa dipungkiri. Cemas penuh harap nantinya setelah aku pergi akan ada yang menolongku. Hingga di perjalanan aku bertemu dengan seorang wanita kira-kira 19 tahun umurnya, ketika ia baru selesai bekerja di salah satu restoran yang ada di daerah sekitar Pelabuhan T di Kota S, ya….jika aku tidak salah Ana namanya. Saat itupun juga dia bertanya kepadaku :” Dik, siapa namamu…? , Akupun menjawab: “Kadek namaku. Dia pun bertanya kembali : “Kau ingin pergi kemana..?, Akupun menjawab : “Aku tidak tahu ingin kemana Mbak, yang penting aku ingin pergi, Aku beragama Hindu yang sejak kecil sangat tertarik dengan agama Islam. (dari raut wajahnya nampaknya dia tidak percaya akan kesungguhanku). Berterima kasih aku diperbolehkan bermalam di tempat Mbak ana bekerja, yaitu di Restoran yang tidak mungkin kusebutkan namanya. Dua hari kemudian datanglah 2 lelaki yang tidak pernah ku kenal sebelumnya, anak laki-laki yang baru beranjak remaja, ia mengaku bahwasanya mereka adalah teman dari sahabatku di daerah tempatku tinggal. Aku diajak oleh mereka ke daerah Kota T. Dengan terpaksa akupun ikut dengan mereka, yang kupikir mereka orang baik-baik saja. Sesampainya di kota T tersebut di tempat yang sepi aku tidak menyangka…!, bahwa mereka mempunyai niat busuk dalam hati mereka, yang semula ingin menolong aku, ternyata, ya….mereka ingin merenggut kehormatanku, maklum pada saat aku kelas 6 SD tubuhku sudah seperti anak SMP pada umumnya, sampai-sampai satu diantara mereka berani menamparku, ya… seingatku sebanyak 5 kali tamparan. Tidak hanya itu, merekapun mengancam akan membunuhku jika tidak mau mengikuti ajakan mereka. Dengan hati bergejolak terasa ketakutan, aku coba melindungi diri ini dengan berusaha semaksimal mungkin agar mereka tidak bisa merenggut kehormatanku. Hingga akhirnya aku lari dari mereka, berusaha untuk kembali lagi ke tempat Mbak Ana yang menolongku di wilayah Pelabuhan T, tempat dimana Mbak Ana bekerja. Tepatnya jam 12 malam dengan penuh ketakutan, aku tiba di Restoran tempat Mbak Ana bekerja. Aku lihat pagar terkunci rapat, hingga aku dengan terpaksa menaiki pagar pintu agar aku bisa masuk ke tempat Mbak Ana tinggal. Sesampainya di kos Mbak Ana, diapun terheran dan kaget ketika melihat pipiku biru dan memar-memar seraya bertanya :” Kenapa pipimu dik…? , Dengan terbata-bata aku menjawab :” Aku dipukul oleh orang yang mengajakku kemarin. Dengan perasaan haru Mbak Ana segera menenangkanku, akupun seraya berdoa dan bertutur dalam hati “Aku rela mati asalkan aku tidak kembali ke rumah orang tuaku lagi ”. Aku sangat menyesal tidak menuruti perintah Mbak Ana untuk tetap di tempat dia. Karena keesokan harinya Mbak Ana itu ingin pulang ke kampung halaman dimana orang tuanya tinggal yaitu di kota L, maka akupun ikut dengannya, menempuh 1 jam perjalanan menggunakan kapal laut, akhirnya aku sampai di kota tersebut. Rumah yang ditempatinya sangat sederhana. Kehidupan keluarganya pun sangat sederhana. Aku diterima dengan baik oleh keluarganya mbak Ana, karena mereka melihatku seolah-olah anak terlantar. Iri rasanya melihat ketika Mbak Ana sedang melakukan sembahyang , ingin juga rasanya aku diajari untuk melakukan sembahyang dan lain-lain, tetapi aku enggan karena akupun baru kenal dengannya. Hati ini senantiasa berkecamuk dalam keinginan yang hampa. Beberapa hari di rumah Mbak Ana, ditanyalah aku oleh salah seorang kerabat Mbak Ana yang sudah berumur paruh baya, dimana orang tuamu?...mau kemana kamu?.... Akhirnya dengan penuh pertimbangan laki-laki paruh baya itu, bertanya kepadaku tentang no HP orang tuaku, yang mana pada saat itu aku sudah memiliki HP. Karena permintaan laki-laki paruh baya itu kepada ayahku lewat HP agar besok juga aku dijemput olehnya. Maka keesokan harinya akupun dijemput oleh Ayahku. Sesampainya di rumah aku dimarahi, dicaci, dihardik, dipukul dan tidak diperbolehkan untuk bermain dengan teman yang beragama Islam, sepulang sekolah aku selalu di rumah, tidak diberi keluar, karena kekhawatiran orangtuaku, jangan-jangan aku kabur lagi seperti yang sudah-sudah. Tetapi aku tidak menghiraukan pembicaraan orangtuaku. Selang berlalu,,, Akhirnya aku beranjak remaja, bersekolah di Sekolah Menengah Pertama di tempatku tinggal, berjalan rutinitasku sebagai seorang pelajar seperti biasanya, walaupun hatiku bimbang menjalani dengan ketidak yakinan dalam beragama. Aku coba bertanya-tanya kepada teman-temanku yang beragama Islam tentang syarat-syarat keislaman itu seperti apa, mereka menjawab : Salah satunya harus mengucapkan 2 kalimat syahadat, maka karena besar harapanku untuk memeluk Agama Islam, aku pun mencoba mengucapkannya dengan bantuan teman-teman sekolahku yang beragama Islam, walaupun masih terbata-bata, dan masih ditanggapi main-main oleh teman-temanku, ya tentunya tanpa sepengetahuan teman-temanku yang beragama Hindu, terlebih lagi orang tuaku. Ya…walaupun masih dalam ketakutan dan tentunya belum legalitas adanya. Tepatnya di Kelas III SMP , disaat beranjak dewasa, aku sudah mulai faham jalan mana yang harus aku tempuh, aku berazam dan bertekad untuk mewujudkan impianku sejak dahulu, yaitu menjadi seorang Muslimah. Sejalan dengan rutinitasku di sekolah tanpa sepengetahuan orang tuaku aku bergaul dengan teman-temanku yang beragama Islam. Sekitar awal Oktober tahun 2012, untuk yang kedua kalinya aku nekat kabur lagi dari rumah ke kota L untuk mencari kebenaran agar tidak ada tekanan dari keluargaku, setelah aku tahu di rumah sudah tidak ada orang lagi, karena biasanya orang tuaku pada pagi hari pergi ke kebun. Dengan bantuan teman perempuanku aku diantar ke Pelabuhan tempatku tinggal untuk menyebrang ke kota tempat ku kabur di usia SD dahulu. Akhirnya sampailah aku di Pelabuhan T di kota tujuan. Seseorang laki-laki telah menungguku di Pelabuhan yang pernah mengirimkan uang untuk transportku lewat teman adiknya, laki-laki itu adalah kakak daripada temanku yang pernah bersekolah di tempat aku bersekolah. Laki-laki yang nampaknya faham akan agama Islam yang sebenarnya. Sesampainya aku di kota tersebut aku di titipkan oleh laki-laki tersebut di salah satu Pondok Pesantren, atau…..lebih tepatnya aku sebut Panti Asuhan, karena sebagian besar penghuni Panti Asuhan tersebut terdiri dari anak-anak terlantar dan orang-orang yang tidak mampu. Awalnya aku sangat bahagia disana , diajari surat-surat pendek yang terdapat dalam kitab suci ummat Islam yakni Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan al-Kafirun dan tentang agama tentunya. Akan tetati muncul kebimbangan dalam hati dan senantiasa membuat hatiku resah, mengapa sejak aku tinggal di Panti Asuhan tersebut tidak pernah dibimbing untuk melafadzkan 2 kalimat syahadat …..! Karena aku tidak menahu tentang hal itu, akupun mengikuti saja apa pelajaran yang diberikan oleh Pengelola Panti Asuhan tersebut. Selama kurang lebih 3 Minggu lamanya aku tinggal di Panti Asuhan tersebut, disamping banyak pengalaman bahagiaku karena aku sedikit demi sedikit mengenal Agama Islam pengalaman pahitpun sempat kurasakan di sana, berbagai macam ujian yang kualami, dari hilangnya barang-barangku, tertekannya hatiku karena tidak tahu arah. Baru 1 Minggu aku berada di Panti Asuhan tersebut,dan rasanya belum cukup keislamanku hanya sekedar menghafal Surat Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlas, dan Al-Kafirun, tiba-tiba…. aku ditawarkan oleh istri daripada Pengelola Panti Asuhan tersebut untuk menikah dengan salah seorang ustadz yang sudah beristri. Akupun spontan terkejut dan menjawab tidak, karena aku masih belum cukup umur untuk menjalani kehidupan bahtera Rumah Tangga, dan tentunya aku masih ingin banyak belajar tentang Islam. Tidak hanya itu, 1 Minggu kemudian melalui HP, Pengelola Panti Asuhan itupun menyarankan aku untuk menikah dengan orang yang berkecukupan, ya… lelaki yang kaya raya tandasnya.., kemudian aku memberikan pernyataan bahwa aku ingin masuk Islam bukan karena bukan ingin menikah usia dini, apalagi karena harta kekayaan . Bukan itu tujuan aku belajar Islam. Bukan hanya itu, selang 1 minggu kemudian. Tidak jeranya seorang Pengelola Panti Asuhan ini pun menyarankanku lagi untuk menikah dengan seorang yang tidak aku kenal, apalagi dia sudah beristri, yang letaknya di kota lain. Sampai-sampai ada indikasi yang sifatnya memaksa agar aku mau pergi ke daerah tersebut, dengan alasan bahwa pengelola panti Asuhan juga akan pindah kesana. Terhiris rasanya hati ini…….Berontak rasanya jiwa ini, akan tetapi itu semua di luar kemampuanku, karena pada saat itu statusku menumpang dan tidak tahu harus kemana langkah kaki ini kuayunkan. Pasrah dengan penuh harapan kebahagiaan kan datang. Sering terlintas dalam hati karena begitu resah dan takutnya aku tinggal di Panti Asuhan tersebut ingin rasanya aku pulang ke kampung halaman yaitu di tempat orangtuaku, tapi apa daya kondisiku seperti ini. Karena simpang siurnya kemana dan akan diapakan aku ini, maka ada seorang ibu paruh baya, yang biasa mengajariku mengaji, yang ada hubungan keluarga dengan Pengelola Panti Asuhan tersebut, ya…..bisa kubilang dia nenek, membawaku ke tempat salah seorang keluarganya, yang agak berjauhan dari Panti Asuhan tersebut, yang mana perasaanku mengatakan kenapa aku diperebutkan untuk dimiliki oleh beberapa orang…?. Gundah, gelisah hati ini. Nenek/ Ibu paruh baya inipun berkisah bahwa sebaiknya jika aku ingin menikah, menikahlah dengan seorang yang lajang. Karena pada saat itu yang aku ketahui ibu paruh baya inipun punya maksud dan tujuan ingin menikahkanku dengan anak laki-lakinya yang masih lajang. Tuhan….apa yang terjadi padaku…seraya bertanya-tanya dalam hati. Mulanya keluarga dari ibu paruh baya ini tidak tahu tentang masalahku yang sebenarnya. Dengan terpaksa aku bercerita sebenarnya terhadap Ibu dari beberapa anak itu, yang biasa kusebut bibi. Dari situlah bibi tersebut terharu mendengar ceritaku. Ibu paruh baya itupun yang biasa kusebut nenek dan Pengelola Panti Asuhan itu nampaknya kecewa karena aku telah diambil alih oleh bibi, karena secara tidak langsung mereka menyembunyikanku dari orang-orang yang semestinya bertanggung-jawab, yaitu aparat Desa atau dilaporkan ke Kantor Urusan Agama wilayah setempat. Hingga pada saat yang tidak lama setelah selesai aku bercerita tentang pengalaman hidupku dengan bibi itu, maka bibipun melaporkan kepada salah seorang pengajar di salah satu Pondok Pesantren dimana aku dibawa oleh ibu paruh baya itu. Akupun dinasihati dan diajarkan melafadzkan 2 kalimat syahadat untuk yang kedua kalinya, setelah 2 kalimat syahadat yang pertama aku lafadzkan saat aku SMP dahulu. Bergetar hati ini rasanya ketika 2 kalimat syahadat itu kulafadzkan. Tanpa sadar air mataku pun menetes dengan derasnya. Selang beberapa hari aku tinggal bersama bibi, Seorang pengajar pondok pesantren (atau dalam Agama Islam sering disebut ustadz….) dengan pertimbangan yang matang mencoba menghubungi orang tuaku dan pamanku lewat HP, dengan perdebatan yang sengit dan berbagai macam petentangan dan pendapat-pendapat, yang sebelumnya aku dipaksa untuk kembali lagi ke rumah orang tuaku, karena penjelasan salah seorang ustadz itu tentang kebebasan beragama itu Hak Asasi siapapun, maka dengan berat hati orang tuaku pun menyerahkan dengan seorang ustadz. Dengan pertimbangan orang tuaku, khawatir terjadi hal-hal yang tidak mereka inginkan terhadapku. Beberapa waktu kemudian Ustadz itupun menghubungi bibiku yang berada di kota tersebut melalui HP, bercerita tentang kondisi orangtuaku, haru rasanya jiwa ini, berdebar tatkala bibiku bercerita bahwa aku sedang dicari-cari keluargaku, semua tetanggaku di tempat orang tuaku ribut membicarakanku tentang informasi bahwa aku telah masuk Islam. Yang membuat ku gundah disaat bibi bertutur bahwa Ayah dan Ibuku sempat mengalami sakit yang cukup parah, susah untuk makan dan minum, sampai-sampai 2 ekor sapi ternak yang dipelihara oleh Ayahku mati karena kelaparan, yang tidak lain karena tidak diurus oleh Ayahku. Mendengar berita yang cukup mengagetkan dan meyedihkanku, tanpa berhenti terus mengalir air mataku, terbesit dalam hati, karena naluriku sebagai seorang anak ingin rasanya menjenguk kedua orang tuaku, akan tetapi…jalan yang kutempuh sudah mantab untuk sepenuhnya menyerahkan diri kepada Agama yang mulia ini, yakni agama Islam. Lirih dalam jiwaku berkata aku harus sanggup menjalani cobaan demi cobaan. Dengan bantuan seorang teman ustadz itu, akupun segera diurus dan dilaporkan ke Kantor Desa dan Kantor Urusan Agama untuk terdaftar sebagai penduduk daerah tersebut dan sebagai seorang Muallaf. Bahagia, terharu menjadi satu di saat aku membubuhi tanda tanganku di Surat Keterangan bahwa aku telah Islam, dengan disaksikan oleh Kepala Kampung, Ustadz tersebut dan temannya akupun mengucapkan 2 kalimat syahadat, dengan tertera tanda tangan mereka semua, dan diketahui oleh Kepala KUA daerah tersebut, maka resmilah aku menjadi seorang Muslimah, dan dahulu namaku Kadek sekarang aku berbahagia dan penuh bangga bernamakan AISYAH,,,,Ya…salah satu nama dari istri-istri Nabi umat Islam. Ya…tentunya Istri Nabiku juga saat ini. Dan puji syukur kupanjatkan kehadirat Allah, dengan bantuan masyarakat sekitar dan beberapa donator, akhirnya akupun disekolahkan di salah satu Pondok Pesantren untuk belajar agama lebih dalam, bagaimana mengenal Alloh, bagaimana beribadah, dan tentunya aku sangat bertekad untuk bisa membaca bahkan menghafal ayat-ayat Al-qur’an. Bahagia dan haru saat ini kurasakan, dengan bebasnya aku bisa mengaji, belajar sholat, belajar ilmu dan lain sebagainya. Tidak seperti dahulu di saat aku bersama keluargaku. Lebih membahagiakanku lagi saat aku pergi ke Pondok Pesantren itu banyak dari kalangan tetangga yang mengantarku ke sana, bahagia, haru bercampur menjadi satu. Wahai Ayah….. Wahai Ibu…. Ketahuilah bahwasanya aku sangat merindukan kalian, aku sangat menyayangi kalian, Aku berharap kepada Ayah, Ibu dan semua keluargaku untuk memeluk agama Tuhan yang sebenarnya yaitu Islam. Agama yang dapat menyelamatkan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Agama yang diridhoi di sisi Tuhan semesta alam. Wahai Ayah….. Wahai Ibu…. Bedanya agamaku terhadap Ayah dan Ibu bukan berarti aku membenci kalian, bukan aku kurang ajar terhadap kalian, dan bukan juga berarti aku tidak menghargai kalian. Akan tetapi ini adalah bukti cintaku kepada kalian. Agar kiranya suatu saat nanti Hidayah inipun akan segera menyapa kalian. Masuk di dalam syurga bersama ketenangan dan amal-amal kita, tentunya atas dasar kasih sayang Tuhan Rabb yang suci. Wahai para Muslimah……. Disaat kalian menjual agama kalian untuk kepentingan dunia maka aku dengan taruhan nyawa sanggup untuk membelinya…. Wahai Para Muslimah……. Disaat kalian menelantarkan agama kalian, agama Islam yang mulia ini, maka aku dengan susah payah sanggup berusaha untuk menyelamatkannya Wahai Para Muslimah ….. Disaat kalian meremehkan agama kalian, dengan tidak mau melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan tidak mau meninggalkan larangan-larangan-Nya maka aku dengan berat karena tekanan dari keluarga berusaha mengagungkan dan memuliakannya…. Wahai Para Muslimah ….. Disaat kalian mengumbar dan mempertontonkan kehormatan kalian, dengan keikhlasan aku menutupnya rapat-rapat demi kehormatan dan melaksanakan perintah-Nya untuk meraih syurga-Nya.. Wahai Para Muslimah ….. Disaat kalian megenyampingkan ilmu agama kalian, dan tidak maunya mendalami untuk kebahagiaan akhirat, maka aku dengan keikhlasan merengkuhnya erat-erat dan bersimpuh mengharap keridhoaan-Nya. Wahai Para Muslimah ….. Jagalah agama kita ini dengan sungguh-sungguh……dan penuh keikhlasan… Semoga Alloh mengampuni dosa-dosaku selama ini, dan dosa-dosa kalian serta menetapkanku di dalam Agama Islam sampai hari kiamat, dan mati dalam keadaan Mukminah. Saudariku Muslimah…. Sambutlah aku dengan salam hangatmu, dengan akhlak terpujimu, sambutlah aku dengan penuh keikhlasan. Terbetik Dalam Rengkuhan Jiwa Kadek Sumbawati (‘Aisyah)

Selasa, 27 November 2012

PENGHUNI SYURGA TERENDAH



PENGHUNI SYURGA TERENDAH

إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً رَجُلٌ صَرَفَ اللهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ قَبْلَ
الْجَنَّةِ وَ مَثَّلَ لَهُ شَجَرَةً ذَاتَ ظِلٍّ فَقَالَ أَيْ رَبِّ قَدِّمْنِيْ إِلَى هَذِهِ
الشَّجَرَةِ أَكُوْنُ فِيْ ظِلِّهَا – وَ سَاقَ الْحَدِيْثَ – وَ فِيْهِ: وَ يُذَكِّرُهُ
اللهُ سَلْ كَذَا وَ كَذَا فَإِذَا انْقَطَعَتْ بِهِ اْلأَمَانِي قَالَ اللهُ هُوَ لَكَ وَ عَشْرَةُ أَمْثَالِهِ. قَالَ: ثُمَّ يَدْخُلُ بَيْتَهُ فَتَدْخُلُ عَلَيْهِ زَوْجَتَاهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ فَتَقُوْلاَنِ: اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَاكَ لَنَا وَ أَحْيَانَا لَكَ. قَالَ فَيَقُوْلُ: مَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِثْلَ مَا أُعْطِيْتُ
“Sesungguhnya penghuni jannah paling rendah adalah seorang lelaki yang di bebaskan Allah dari naar sebelum jannah. Kemudian ditampakkan baginya sebatang pohon rindang. Dia berkata: “Ya Rabbi, dekatkan aku ke pohon itu agar aku bisa bernaung di bawahnya.” – kemudian dia melanjutkan hadits ini – di antaranya beliau berkata: “Lalu Allah mengingatkannya: “Mintalah ini dan itu.” Ketika keinginannya terputus, Allah berkata: “Itu milikmu beserta sepuluh kali lipatnya.” Beliau melanjutkan: “Kemudian dia memasuki rumah -
nya. Lalu dia didatangi oleh dua bidadari yang menjadi istrinya. Keduanya berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan engkau untuk kami dan menghidupkan kami untukmu.” Beliau berkata: “Dia berkata: “Tidak seorangpun yang mendapatkan seperti apa yang aku dapatkan ini.” (1)
(1) Diriwayatkan oleh Imam Muslim (188).

Senin, 26 November 2012

DILEMA USTADZ (suara hati seorang dai)


DILEMA USTADZ (suara hati seorang dai), ia berkata :
Aku bangga menjadi pewaris para nabi...
Aku bahagia bisa ikut mengemban tugas para nabi...
Aku bersyukur mengikuti derap langkah para shabat...
Akan tetapi...sungguh begitu berat tugas dakwah ini, demi Allah sungguh berat rasanya, serasa sedang mendaki gunung yang terjal.
Aku selalu menasihati orang lain...yang seharusnya aku adalah orang yang ...
pertama mengerjakannya, akana tetapi....betapa sering aku terlambat mengerjakannya...bahkan kadang aku tdk mengerjakannya...bahkan yang lebih parah kadang aku menyelisihinya...!!!
Sungguh besar pahala dakwah yang ingin kuraih....akan tetapi sungguh besar pula kemurkaan Allah pada orang yg tdk mengerjakan apa yang ia nasihatkan. Betapa ngeri nasib seorang dai yang melanggar nasehatnya sendiri, usus perutnya terjulur keluar, ia berputar seperti alat penggiling gandum, dipermalukan dihadapan khalayak!!
Meskipun ancaman begitu ngeri aku harus tetap menyampaikan agama ini...
Aku dituntut tuk bisa menghiasi kata-kataku, ceramah, dan tulisanku agar bisa menarik dan mudah diterima masyarakat....akan tetapi aku juga diperintahkan utk ikhlas dalam berdakwah, tdk ujub trhdp dakwahku apalagi mengharap pujian dan sanjungan manusia.
Sungguh terasa hina hatiku tatkala harus menerima upah/amplop dari dakwahku (meskipun aku tdk pernah memasang tarif sebagmn para dai selebriti yg bertarif setinggi langit), akan tetapi aku tetap meneriem upah tersebut...aku bukanlah dai yg sdh memiliki penghasilan sendiri...aku tdk pernah menjadikan upah sebagai tujuanku, apalagi untuk menjadi orang konglomerat dgn upah tersebut, akan tetapi upah trsbt hanyalah sbg penyambung hidupkkou dan anak istriku dan agar aku tetap bisa terus berdakwah.
Ingin rasanya kuhabiskan waktuku utk bekerja mencari dunia agar aku tdk lagi menerima upah, akan tetapi telah banyak tersita untuk belajar dan menambah ilmuku. Aku tentu tdk mau menjadi dai yg asbun tanpa ilmu dan menyesatkan masyarakat.
Aku dituntut utk menjadi tauladan, pandangan masyarakat seakan-akan menuntutku bahwa aku tdk boleh bersalah...akan tetapi aku hanyalah manusia biasa yg tdk luput dr kesalahan, mesekipun au berusaha menyembunyikan aibku, toh suatu saat ada saja yg tercium oleh masyarakat. Yg sanagt menyedihkan jika aku sekali bersalah terkadang masyarakat mencap buruk kpd ku....
Lantas apakah aku harus merubah profesiku sbgmn orang lain, menjadi pedagang yg taat atau pegawai yg amanah??
Kalau
Ataukah aku tetap bertahan menjadi seorang dai dgn penuh kekurangan? Sungguh aku hanya mengharapkan ampunan Allah dan kasih sayangNya, kuhibur diriku dgn firmanNya (Bertakwalah semampu kalian), (Allah tdk membebani jiwa kecuali yg dimampuinya), (Dan Allah mengampuni banyak kesalahan)
Allah maha tahu bahwa aku telah berusaha maksimal untuk ikhlash...telah berusaha menjauhkan dunia dari hatiku...akan tetapi sekali lagi aku hanyalah manusia biasa yg juga cinta akan pujian dan manisnya dunia...
Yaa Allah ampunilah hambaMu yg lemah ini..., tutuplah aib-aibku...janganlah Kau hinakan aku di akhirat kelak.... Aaamiiin

AKU INGIN BERSAMAMU HINGGA DI SURGA NANTI





Aku ingin memuliakanmu sebagaimana Islam telah memuliakan wanita

Karena aku sangat mencintaimu
Karena cinta, ku lafadz kan ijab qabul
Karena cinta, kita bersanding di pelaminan. . . 
Semua karena cinta pada Allah
Karena ku ingin Allah meridhoi cinta yang akan selalu bersemi diantara kita

Kini kau menjadi bidadari hatiku. . .
Kini telah kita buktikan bersama kalo kita bisa menikah tanpa pacaran
Dan kita menikah karena kesadaran bukan kecelakaan
Karena Islam adalah agama yang penuh Cinta dan Rahmat

Ada satu permintaanku,
Aku tak ingin kau hanya menjadi bidadari di taman hatiku
Aku ingin kau menjadi bidadari di taman-taman surga

Sekarang,
Kita berjalan bersama. . .
Kita selesaikan semua masalah dengan cinta dan cara Islam
Kita akan menikah lagi di Surga. . .




Minggu, 25 November 2012

Berapa jumlah bidadari bagi setiap penghuni surga?



Print
Para ulama telah berselisih menjadi dua pendapat tentang berapakah jumlah minimal bidadari (yang diciptakan Allah di surga) yang akan diperoleh setiap lelaki penghuni surga?,

Pendapat pertama menyatakan bahwa setiap penghuni surga akan mendapatkan dua istri dari wanita-wanita dunia dan 70 bidadari dari al-huur al-‘iiin (bidadari yang diciptakan di surga). Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Al-‘Irooqi, beliau berkata

قد تبين ببقية الروايات أن الزوجين أقل ما يكون لساكن الجنة من نساء الدنيا، وأن أقل ما يكون له من الحور العين سبعون زوجة

“Telah jelas dengan riwayat-riwayat hadits yang lain bahwasanya minimal bagi penghuni surga dua orang istri dari wanita dunia dan 70 istri dari bidadari” (Torh At-Tatsriib 8/270).

Dalil pendapat ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً، إِنَّ لَهُ لَسَبْعَ دَرَجَاتٍ، وَهُوَ عَلَى السَّادِسَةِ، وَفَوْقَهُ السَّابِعَةُ، وَإِنَّ لَهُ لَثَلاَثَ مِائَةِ خَادِمٍ، ... وَإِنَّ لَهُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ لاَثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً سِوَى أَزْوَاجِهِ مِنَ الدُّنْيَا، وَإِنَّ الْوَاحِدَةَ مِنْهُنَّ لَيَأْخُذ مَقْعَدُتهَا قَدْرَ مِيلٍ مِنَ الأَرْضِ

“Sesungguhnya penghuni surga yang paling rendah kedudukannya memiliki tujuh derajat (tingkatan), dan ia berada di tingkat yang ke enam, di atasnya tingkat yang ketujuh. Ia memiliki tiga ratus pelayan… dan ia memiliki 72 istri dari al-huur al-‘iin (bidadari) selain istri-istrinya dari para wanita dunia. Dan salah seorang dari para bidadari tersebut tempat duduknya seukuran satu mil di dunia” (HR Ahmad 2/537 no 10945, hadits ini adalah hadits yang lemah, pada isnadnya ada perawi yang lemah yang bernama Syahr bin Hausyab)

Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Al-Haafiz Ibnu Hajar, beliau berkata tatkala menjelaskan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَلِجُ الْجَنَّةَ صُوْرَتُهُمْ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ لاَ يَبْصُقُوْنَ فِيْهَا وَلاَ يَمْتَخِطُوْنَ وَلاَ يَتَغَوَّطُوْنَ آنِيَتُهُمْ فِيْهَا الذَّهَبُ أَمْشَاطُهُمْ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَمَجَامِرُهُمْ الألوة ورشحهم الْمِسْكُ وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ يُرَى مُخُ سُوْقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الْحَسَنِ وَلَا اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ تَبَاغُضَ قُلُوْبُهُمْ قَلْبُ رَجُلٍ وَاحِدٍ يُسَبِّحُوْنَ اللهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا

“Rombongan yang pertama kali masuk surga bentuk mereka seperti bentuk rembulan di malam purnama, mereka tidak berludah, tidak beringus, tidak buang air. Bejana-bejana mereka dari emas, sisir-sisir mereka dari emas dan perak, pembakar gaharu mereka dari kayu india, keringat mereka beraroma misik, dan bagi setiap mereka dua orang istri, yang Nampak sum-sum betis mereka di balik daging karena kecantikan. Tidak ada perselisihan di antara mereka, tidak ada permusuhan, hati-hati mereka hati yang satu, mereka bertasbih kepada Allah setiap pagi dan petang”
(HR Al-Bukhari no 3073)

Ibnu Hajar berkata, “Dan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ  “Masing-masing mereka mendapatkan dua istri”,  yaitu istri dari para wanita dunia. Imam Ahmad telah meriwayatkan dari sisi yang lain dari Abu Huroiroh secara marfuu’ tentang sifat penghuni surge yang paling rendah kedudukannya bahwasana ia memiliki 72 bidadari selain istri-istrinya yang dari dunia” (Fathul Baari 6/325)



Adapun pendapat kedua, yaitu setiap penghuni surga akan memperoleh dua istri. Dan dua istri ini adalah dari kalangan bidadari surga, dan bukan dari kalangan para wanita dunia. Dalam riwayat yang lain ada tambahan lafal yang menafsirkan dengan tegas bahwa dua istri tersebut adalah dari kalangan bidadari. Dalam riwayat yang lain

أَوَّلُ زُمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَالَّذِيْنَ عَلَى آثَارِهِمْ كَأَحْسَنِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ إِضَاءَةً قُلُوْبُهُمْ عَلَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ لاَ تَبَاغُضَ بَيْنَهُمْ وَلاَ تَحَاسُدَ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ يُرَى مُخُ سُوْقِهِنَّ مِنْ وَرَاءِ الْعَظْمِ وَاللَّحْمِ

“Rombongan yang pertama kali masuk surga dalam bentuk rembulan di malam purnama, dan rombongan berikutnya seperti bintang yang bersinar paling terang, hati-hati mereka satu hati, tidak ada kebencian dan saling dengki diantara mereka. Masing-masing mereka mendapatkan dua istri dari bidadari, yang Nampak sum-sum betis-betis bidadari-bidadari tersebut di balik tulang dan daging (karena cantiknya)” (HR Al-Bukhari no 3081 dan Muslim no 7325)

Dan inilah pendapat yang diisyaratkan oleh Ibnul Qoyyim, ketika menjelaskan lemahnya hadits Syahr bin Hausyab diatas. Beliau berkata, “Hadits (Syahr bin Hausyab) ini munkar menyelisihi hadits-hadits yang shahih, karena tinggi 60 hasta (yang itu merupakan tinggi penduduk surga sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih-pen) tidaklah mungkin bisa menjadikan tempat duduk penghuni surga (sebagaimana dalam hadits Syahr bin Hausyab di atas-pen) seukuran satu mil dunia. Yang terdapat di shahih al-Bukhari dan shahih Muslim bahwasanya rombongan pertama yang masuk dalam surga masing-masing dari mereka mendapatkan dua istri dari kalangan bidadari, maka bagaimana bisa bagi orang yang paling rendah kedudukannya di surga memperoleh 72 bidadari?” (Haadil Arwaah 106)

Dan ini juga pendapat yang dipilih oleh Mahmud syukri, dimana beliau berkata, “Yang terdapat dalam hadits-hadits yang shahih hanyalah ((Bagi masing-masing penghuni surga dua istri)), dan tidak terdapat dalam shahih (Al-Bukhari dan Muslim) tambahan lebih dari dua istri. Jika hadits-hadits yang menyebutkan tambahan (lebih) dari dua istri adalah hadits-hadits yang shahih maka maksudnya adalah gundik-gundik sebagai tambahan selain dari dua istri… atau maksudnya sang penghuni surga diberi kekuatan untuk menjimak jumlah bilangan (tambahan) tersebut. Dan inilah yang datang dalam hadits yang shahih lantas sebagian perawi meriwayatkan dengan secara makna lalu berkata, “Maka bagi setiap penghuni surga jumlah sekian dan sekian bidadari” (Syarh Abyaatul Jannah min Nuuniyah Ibnil Qoyyim 210-211), dan pendapat kedua inilah yang dikuatkan oleh Syaikh Al-Albani (Ad-Dho’iifah dalam syarah hadits no 6103)

Meskipun ada kekhususan bagi para syuhadaa’ (mereka yang mati di medan jihad) maka bagi mereka 72 bidadari. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

إِنَّ لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ سِتَّ خِصَالٍ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجَ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُجَارَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنَ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ

“Bagi orang yang mati syahid di sisi Allah enam keutamaan, ia diampuni tatkala pertama kali darahnya muncrat, ia melihat tempat duduknya di surga, ia dihiasi dengan gaun keimanan, dan ia dinikahkan dengan 72 bidadari, ia diselamatkan dari adzab qubur, dan diamankan tatkala hari kebangkitan” (HR Ahmad no 17182, At-Thirmidzi no 1663,  dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 3213)

Perselisihan di atas adalah mengenai jumlah minimal bidadari yang akan diperoleh para lelaki penghuni surgea. Tentunya jika seorang mukmin menghendaki lebih dari dua bidadari maka akan dikabulkan oleh Allah berdasarkan keumuman firman Allah

وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
(QS Fusshilat : 31)

Juga firman Allah

يُطَافُ عَلَيْهِمْ بِصِحَافٍ مِنْ ذَهَبٍ وَأَكْوَابٍ وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الأنْفُسُ وَتَلَذُّ الأعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٧١)

Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya". (Az-Zukhruf : 71)

Apa saja yang dihasratkan dan diminta oleh penghuni surga maka akan dikabulkan oleh Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :

إِنَّ لِلْمُؤْمِنِ فِى الْجَنَّةِ لَخَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفَةٍ طُولُهَا سِتُّونَ مِيلاً لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ فَلاَ يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا

“Bagi seorang mukmin di surga sebuah kemah dari sebuah mutiara yang berongga, panjangnya 60 mil, dan bagi seorang mukmin dalam kemah mutiara tersebut istri-istrinya, sang mukmin berkeliling mengitari mereka sehingga sebagian mereka tidak melihat sebagian yang lain” (HR Al-Bukhari no 3243 dan Muslim no 7337)

Al-Munaawi berkata, “Bagi sang mukmin istri-istri yang banyak, ia mengelilingi istri-istri tersebut untuk menjimak mereka atau yang semisalnya, sehingga sebagian bidadari tidak melihat bidadari yang lain karena besarnya kemah mutiara tersebut” (At-Taisiir bi syarh al-Jaami’ as-Shogiir, 1/685)

Wahai para perindu dan peminang bidadari… sadarkah anda betapa indah dan sempurna bidadari yang Allah siapkan untuk anda…???. Bayangkan jika anda memasuki sebuah istana di surga yang begitu cantik dan indah yang terbuat dari emas, permata, dan mutiara. Lantas ternyata dalam istana tersebut puluhan bidadari sedang menanti anda….seluruhnya tersenyum…seluruhnya merindukan kedatangan anda… seluruhnya menyeru dan menyebut-nyebut nama anda dengan penuh kerinduan…semuanya berlomba untuk melayani anda….(Bersambung….sifat-sifat bidadari)
Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 17-10-1432 H / 15 September 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Kesibukan Para Penghuni Surga

Kategori: Surga & Neraka Diterbitkan pada 17 September 2011 Klik: 6919
Print
Sebagaimana penduduk dunia yang fana ini sangatlah sibuk….ternyata para penghuni surga juga dalam kesibukan….

Penduduk dunia begitu sibuk memerahkan peluh dan keringat… membanting tulang mereka…siang dan malam…demi untuk bisa merasakan kenikmatan dunia. Betapa banyak diantara penduduk dunia setelah bersusah payah sibuk bekerja ternyata tidak mampu meraih kenikmatan yang mereka angan-angankan..

Kalaulah mereka berhasil meraih apa yang mereka inginkan ternyata kenikmatan tersebut tidak abadi dan akan sirna… dan kenikmatan tersebut ternyatapun pasti terkontaminasi dengan kesedihan, kegelisahan dan gundah gulana, bahkan ketakutan dan kekhawatiran. Karenanya betapapun kaya seorang penduduk dunia…suatu saat pasti dia akan sedih dan takut…

Itulah hasil kesibukan penduduk dunia…semuanya fana dan fatamorgana.

Para penghuni surga juga sibuk…akan tetapi kesibukan mereka berbeda dengan kesibukan penduduk dunia…

Mereka para penghuni surga sibuk dengan menikmati dan berlezat-lezat dengan kenikmatan dan anugerah yang Allah sediakan bagi mereka di surga. Terlalu banyak kenikmatan…

Terlalu banyak kelezatan…beraneka ragam dan bervariasi…

Kelezatan yang tidak mampu untuk dibayangkan dan dikhayalkan oleh penduduk dunia…akal mereka tidak mampu untuk mengkhayalkannya….

Hilanglah kata kesedihan…sirnalah kata kekhawatiran…seluruhnya berganti dengan kegembiraan, riang, dan kesenangan.

Tentunya penghuni surga akan memperoleh apa saja yang mereka angan-angankan, dan apa saja yang mereka impikan.

Itulah kesibukan penghuni surga…sibuk menikmati kenikmatan dan kelezatan surga. Diantara kesibukan mereka adalah sebagaimana yang difirmankan oleh Allah

إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (٥٥) هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلالٍ عَلَى الأرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (٥٦)

“Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan” (QS Yaasiin : 55-56)

Sedang sibuk apakah mereka…?. Ibnu Mas’uud, Ibnu Abbaas radhiallau ‘anhum serta Ibnul Musayyib, Ikrimah, Al-Hasan Al-Bashri, Qotaadah, Al-A’masy, Sulaiman At-Taimiy, dan Al-Auzaa’i rahimahumullah yang menafsirkan kesibukan di sini adalah اِفْتِضَاضُ الأَبْكَارِ (memecahkan keperawanan para bidadari). (Lihat tafsiir At-Thobari 20/534-535, Ad-Dur Al-Mantsuur 7/64, dan tafsiir Ibni Katsiir 6/82)

Al-Qurthubi berkata:

وَقَالَ أَبُوْ قِلاَبَة : بَيْنَمَا الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ مَعَ أَهْلِهِ إِذْ قِيْلَ لَهُ تَحَوَّلْ إِلَى أَهْلِكَ، فَيَقُوْلُ أَنَا مَعَ أَهْلِي مَشْغُوْلٌ ؛ فَيُقَالُ تَحَوَّلْ أَيْضًا إِلَى أَهْلِكَ. وَقِيْلَ : أَصْحَابُ الْجَنَّةِ فِي شُغُلٍ بِمَا هُمْ فَيْهِ مِنَ اللَّذَّاتِ وِالنَّعِيْمِ عَنِ الْاِهْتِمَامِ بِأَهْلِ الْمَعَاصِي وَمَصِيْرِهِمْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا هُمْ فِيْهِ مِنْ أَلِيْمِ الْعَذَابِ ، وَإِنْ كَانَ فِيْهِمْ أَقْرِبَاؤُهُمْ وَأَهْلُوْهُمٍ

“Abu Qilabah berkata, “Tatkala seorang lelaki penghuni surga sedang bersama istrinya (dari bidadari-pen) maka dikatakan kepadanya : Pergilah kepada istrimu (yang ada di neraka-pen) maka iapun berkata, “Saya sedang sibuk dengan bidadariku”, maka dikatakan kembali kepadanya pergilah engkau ke keluargamu !.”

Dan dikatakan bahwasanya para penghuni surga sedang sibuk dalam kenikmatan dan kelezatan yang mereka rasakan sehingga mereka tidak memperdulikan tentang kondisi para pelaku kemaksiatan dan nasib mereka yang masuk kedalam neraka serta adzab dan siksaan yang mereka rasakan, meskipun para penghuni neraka tersebut adalah karib kerabat para penghuni surga dan istri-istri mereka tatkala di dunia” (Tafsiir Al-Qurthubi 15/43)

Bagaimana seorang penghuni surga tidak sibuk memecahkan keperawanan para bidadari?, sementara Allah menyediakan baginya para bidadari yang banyak jumlahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِلْمُؤْمِنِ فِى الْجَنَّةِ لَخَيْمَةً مِنْ لُؤْلُؤَةٍ وَاحِدَةٍ مُجَوَّفَةٍ طُولُهَا سِتُّونَ مِيلاً لِلْمُؤْمِنِ فِيهَا أَهْلُونَ يَطُوفُ عَلَيْهِمُ الْمُؤْمِنُ فَلاَ يَرَى بَعْضُهُمْ بَعْضًا

“Bagi seorang mukmin di surga sebuah kemah dari sebuah mutiara yang berongga, panjangnya 60 mil, dan bagi seorang mukmin dalam kemah mutiara tersebut istri-istrinya, sang mukmin berkeliling mengitari mereka sehingga sebagian mereka tidak melihat sebagian yang lain” (HR Al-Bukhari no 3243 dan Muslim no 7337)

Al-Munaawi berkata, “Bagi sang mukmin istri-istri yang banyak, ia mengelilingi istri-istri tersebut untuk menjimak mereka atau yang semisalnya, sehingga sebagian bidadari tidak melihat bidadari yang lain karena besarnya kemah mutiara tersebut” (At-Taisiir bi syarh al-Jaami’ as-Shogiir, 1/685)

Bagaimana seorang penghuni surga tidak sibuk memecahkan keperawanan para bidadari? Sementara para bidadari sangat cantik dan selalu merindukannya dan selalu merayunya…???

Bagaimana seorang penghuni surga tidak sibuk memecahkan keperawanan para bidadari…?? Sementara ia telah diberi kekuatan sekuat 100 orang dalam jimak…??

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يُعْطَى الْمُؤْمِنُ فِي الْجَنَّةِ قُوَّةَ كَذَا وَكَذَا مِنَ الْجِمَاعِ، قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَوَ يُطِيْقُ ذَلِكَ؟ قَالَ : يُعْطَى قُوَّةَ مِائَةٍ

“Seorang mukmin di surga diberi kekuatan untuk berjmak sekian dan sekian”, maka dikatakan, “Wahai Rasulullah, apakah ia mampu?”. Rasulullah berkata, “Ia diberi kekuatan 100 orang dalam berjimak” (HR At-Thirmidzi no 2536 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Bagaimana seorang penghuni surga tidak sibuk memecahkan keperawanan para bidadari??, sementara para bidadari setiap disetubuhi akan kembali lagi keperawanan mereka??.

Allah berfirman :

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً (٣٥)فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا (٣٦)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan”
(QS Al-Waaqi’ah : 35-36)

As-Syaikh As-Sa’di berkata, “Sifat ini –yaitu keperawanan- selalu menyertai mereka dalam berbagai kondisi” (Taisiir Ar-Kariim Ar-Rahmaan hal 833)

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhumaa berkata:

إِنَّ الرَّجُلَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَيُعَانِقُ الْحَوْرَاءَ سَبْعِيْنَ سَنَةً ، لاَ يَمَلُّهَا وَلاَ تَمَلُّهُ ، كُلَّمَا أَتَاهَا وَجَدَهَا بِكْرًا ، وَكُلَّمَا رَجَعَ إِلَيْهَا عَادَتْ إِلَيْهِ شَهْوَتُهُ ؛ فَيُجَامِعُهَا بِقُوَّةِ سَبْعِيْنَ رَجُلاَ ، لاَ يَكُوْنُ بَيْنَهُمَا مَنِيٌّ ؛ يَأْتِي مِنْ غَيِرْ مَنِيٍّ مِنْهُ وَلاَ مِنْهَا

“Sesungguhnya seorang penghuni surga sungguh akan memeluk bidadari selama 70 tahun, ia tidak bosan dengan bidadari tersebut dan sang bidadari juga tidak bosan dengannya, setiap kali ia menjimaknya ia mendapati sang bidadari kembai perawan, dan setiap kali ia kembali kepada sang bidadari maka syahwatnya akan kembali. Maka iapun menjimak bidadari tersebut dengan kekuatan 70 lelaki, tidak ada mani yang keluar dari keduanya, ia menjimak bidadari tanpa keluar mani, dan sang bidadari juga tidak keluar mani” (Tafsiir Al-Qurthubi 15/45)

Tentu saja ini semua membuatnya sibuk memecahkan keperawanan para bidadari.

Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :


وَإِذَا انْحَدَرْتَ رَأَيْتَ أمراً هَائِلاً... مَا لِلصِّفَاتِ عَلَيْهِ مِنْ سُلْطَانِ

Jika engkau memandang apa yang ada di bawah pusar sang bidadari maka engkau akan melihat perkara yang menakjubkan (tentang kemaluan sang bidadari-pen), tidak ada kuasa untuk bisa menjelaskan sifat-sifat perkara tersebut.

لاَ الْحَيْضُ يَغْشَاهُ وَلاَ بَوْلٌ وَلاَ ... شَيْءٌ مِنَ الآفَاتِ فِي النِّسْوَانِ

Tidak ada darah haid yang menghalanginya dan tidak juga ada air kencing, serta tidak ada sesuatupun dari hal-hal buruk yang terdapat pada wanita-wanita dunia

فَخِذَانِ قَد حَفَا بِهِ حَرَسًا لَهُ ... فَجَنَابُهُ فِي عِزَّةٍ وِصِيَانِ

Dua paha yang telah meliputi perkara tersebut (kemaluan sang bidadari-pen) dan menjaganya, maka sisi kemaluan bidadari tersebut telah terjaga di bawah penjagaan dan keperkasaan

قَامَا بِخِدْمَتِهِ هُوَ السُّلْطَانُ بَيْـ ... ـنَهُمَا وَحَقٌّ طَاعَةُ السُّلْطَانِ

Kedua paha tersebut melayani kemaluan sang bidadari, dialah sang raja diantara kedua paha tersebut, dan merupakan hak agar raja ditaati

وَجِمَاعُهَا فَهُوَ الشِّفَا لِصَبِّهَا ... فَالصَّبُّ مِنْهُ لَيْسَ بِالضَّجْرَانِ

Dan menyetubuhi bidadari merupakan penawar dan obat kecintaannya kepada sang bidadari, maka kecintaan dari sang lelaki dan bukanlah kegelisahan

وَإِذَا يُجَامِعُهَا تَعُوْدُ كَمَا أَتَتْ ... بِكْرًا بِغَيْرِ دَمٍ وَلاَ نُقْصَانِ

Jika ia menyetubuhi sang bidadari maka sang bidadari akan kembali lagi keperawanannya tanpa ada darah dan tanpa ada kekurangan sama sekali

فَهُوَ الشَّهِيُّ وَعُضْوُهُ لاَ يَنْثَنِي ... جَاءَ الْحَدِيْثُ بِذَا بِلاَ نُكْرَانِ

Dialah sang lelaki yang berhasrat, dan kemaluannya tidak akan bengkok (loyo) sebagaimana ada hadits Nabi yang menjelaskan akan hal ini, tidak perlu diingkari

وَلَقَدْ رَوَيْنَا أَنَّ شُغْلَهُمُ الَّذِي ... قَدْ جَاءَ فِي يَاسِيْنَ دُوْنَ بَيَانِ

Dan sungguh kami telah meriwayatkan bahwasanya kesibukan mereka yang telah disebutkan dalam surat yaasiin tanpa perlu penjelasan lagi

شُغْلُ الْعَرُوْسِ بِعُرْسِهِ مِنْ بَعْدِمَا ... عَبَثَتْ بِهِ الْأَشْوَاقُ طُوْلَ زَمَانِ

Yaitu kesibukan seorang pengantin mempelai lelaki dengan mempelai wanitanya, setelah sekian lama sang mempelai lelaki telah diombang-ambingkan oleh kerinduan

بِاللهِ لاَ تَسْأَلْهُ عَنْ أَشْغَالِهِ ... تِلْكَ اللَّيَالِي شَأْنُهُ ذُوْ شَانِ

Demi Allah janganlah engkau bertanya kepadanya tentang kesibukannya pada malam-malam itu…perkaranya sangat hebat

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلاً بِصَبٍّ غَابَ عَنْ ... مَحْبُوْبِهِ فِي شَاسِعِ الْبُلْدَانِ

Dan buatlah perumpamaan kepada mereka dengan seorang pria yang memendam kerinduan dan telah terpisah lama dari kekasihnya di negeri yang jauh

وَالشَّوْقُ يُزْعِجُهُ إِلَيْهِ وَمَا لَهُ ... بِلِقَائِهِ سَبَبٌ مِنَ الْإِمْكَانِ

Kerinduan senantiasa menggelisahkannya, namun tidak ada kemungkinan untuk bertemu dengan kekasihnya

وَافَى إِلَيْهِ بَعْدَ طُوْلِ مَغِيْبِهِ ... عَنْهُ وَصَارَ الْوَصْلُ ذَا إِمْكَانِ

Setelah lama berpisah dari kekasihnya tiba-tiba memungkinan baginya untuk bisa bertemu dengan kekasihnya

أَتَلُوْمُهُ إِنْ صَارَ ذَا شُغْلٍ بِهِ ... لاَ وَالَّذِي أَعْطَى بِلاَ حُسْبَانِ

Maka apakah engkau mencelanya jika lantas iapun sibuk (bersetubuh) dengan kekasihnya? Tentu tidak, demi Dzat yang memberikan karunia tanpa batasan

يَا رَبِّ غُفْرًا قَدْ طَغَتْ أَقْلاَمُنَا ... يَا رَبِّ مَعْذِرَةً مِنَ الطُّغْيَانِ

Wahai Robku ampunilah kami, pena-pena kami telah melampaui batas (dalam mensifati para bidadari), waha Robku maafkanlah kami karena sikap melampaui batas ini

Syaikh Muhammad Kholil Harroos rahimahullah tatkala mensyarah (menjelaskan) bait-bait yang ditulis oleh Ibnul Qoyyim di atas, beliau berkata, “Sungguh sang penyair (yaitu Ibnul Qoyyim) telah merasa bahwasanya penanya telah menulis begitu jauh (dan panjang lebar dalam bait-bait di atas-pen) tentang sifat bidadari dengan begitu jelasnya yang semestinya tidak perlu dijelaskan (vulgar) maka iapun beristighfar kepada Allah karena semangatnya penanya menulis dan ia minta agar Allah memberi udzur kepadanya pada isi bait-baitnya yang melampaui batas” (Syarh Al-Qoshiidah An-Nuuniyah 2/397).

Sebagaimana Ibnul Qoyyim beristighfar kepada Allah maka saya –penulis yang penuh kelemahan- juga meminta ampun kepada Allah kalau terlalu detail dalam menjelaskan tentang bidadari. Tidak lain niat penulis agar para pembaca sekalian lebih bersemangat dalam beramal sholeh baik sholat malam, sedekah, dan puasa, agar bisa merasakan kesibukan yang telah menyibukan para penghuni surga… (bersambung…)

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 19-10-1432 H / 17 September 2011 M
Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja

Ku Tunggu Kau Di Surga





Seorang perempuan yang sangat cantik berkunjung ke sebuah desa untuk mengunjungi kerabatnya. Dia bertemu dengan seorang pemuda yang sangat tampan yang bekeija di rumah kerabatnya itu. Mereka berdua saling menatap dan jatuh cinta. Pemuda tampan itu merupakan pemuda yang sangat rajin bekeija, saleh, dan tekun beribadah. Itulah yang membuat perempuan cantik itu jatuh cinta. Sementara pemuda itu jatuh cinta kepada si perempuan cantik tidak hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena keramahannya. Walaupun perempuan cantik itu dianggapnya tidak terlalu menjaga hijab.
Pertemuan itu membuat keduanya gelisah karena cinta, hingga pemuda itu meminta orangtuanya untuk melamar perempuan cantik itu. Namun, ternyata pe¬rempuan itu sudah memiliki jodohnya dan dia akan segera dinikahkan. Perempuan itu pun mengirimkan surat kepada si pemuda.
Sesungguhnya, tidak ada kata terlambat dalam cinta kita. Aku memang telah dijodohkan, tetapi aku yakin cinta kita lebih kuat daripada itu. Sebelum aku menikah, aku ingin kau memilikiku dan aku memi-likimu. Secara sembunyi-sembunyi, kita bisa bertemu dan melepaskan dahaga kerinduan kita.
Pemuda itu menjawab surat tersebut.
Wahai perempuan salihah,
Kau tahu besarnya cintaku padamu dan ini merupakan ujian bagiku. Apa yang kautawarkan padaku tidaklah bisa aku setujui. Aku lebih takut akan murka Allah dan api yang akan menjilati tubuhku karena melakukan perbuatan yang tidak Dia ridhai.
Membaca balasan surat itu, sang perempuan cantik menangis. "Aku tidak pernah menemukan pemuda sesaleh dia. Dia sangat menjunjung tinggi apa yang di- bolehkan dan dilarang oleh Allah. Aku akan mengubah hidupku."
Sejak itulah, perempuan itu mengubah sikapnya menjadi lebih hati-hati dan bertakwa. Dia meninggalkan segala urusan duniawi untuk mendapatkan ridha Allah. Hingga akhirnya, dia meninggal dengan memendam cinta dan kekaguman kepada si pemuda.
Mendengar perempuan cantik yang dicintainya meninggal, pemuda itu menziarahi kubur dan memanjatkan doa untuknya. Suatu ketika, dia tertidur di makam perempuan itu dan bermimpi. Dalam mimpinya, dia bertemu perempuan cantik itu mengenakan baju indah dan wajah berseri.
"Bagaimana kabarmu? Sungguh indah apa yang kaukenakan," tanya pemuda itu.
"Aku sangat bahagia dengan hari akhirku yang baik. Cintaku kepadamu telah menuntunku menuju kebaikan," jawab perempuan itu sambil tersenyum.
"Lalu, ke mana lagi kau menuju?" tanya si pemuda.
"Aku telah mendapatkan surga yang nyaman dan indah dengan restu Allah. Di sinilah tempatku sekarang," jawabnya.
"Aku harap, kau tidak melupakanku walau kau telah sangat bahagia dengan keadaanmu sekarang. Aku selalu mengingatmu."
"Wahai pemuda yang salih, aku tidak pernah melupakanmu. Selama di dunia dan hingga sekarang, aku selalu berdoa kepada Allah agar kelak kita bisa bersama di surga ini. Bantulah doaku ini dengan ketaatanmu beribadah."
"Kapan aku bisa melihatmu lagi?" tanya si pemuda.
"Tak lama lagi, bersabarlah."
Ternyata, tiga hari setelah mimpi itu, si pemuda meninggal dunia dan Allah telah mengabulkan doa perempuan cantik. Mereka berkumpul di surga.


"Barang siapa takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Barang siapa tidak takut kepada Allah, maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu. "

-HR Al-Baihaqi